#trik_pojok { position:fixed;_position:absolute;bottom:0px; left:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

Kamis, 19 Mei 2011

SMANDARIKAL di Majalah Kehutanan



Oleh: Ir. Amir Hamzah K (KBKSDA JABAR II)

Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan Taman Nasional pendatang baru di Indonesia bersama dengan 16 TN lainnya yang secara resmi diumumkan oleh Menteri Kehutanan pada Rapat Kerja Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada tanggal 1 Mei 2006 setelah adanya persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Sebelumnya sudah ada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang penunjukan kawasan Gunung. Ciremai sebagai kawasan Taman Nasional dengan luas 15.500 Ha. Deklarasi pembentukan TNGC dilaksanakan oleh Menteri Kehutanan, Bapak.HMS. Kaban, SE.MSi pada tanggal 14 Juli 2006 saat kunjungan kerja di Kabupaten Kuningan. Pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dikelola oleh Balai KSDA Jawa Barat II sampai terbentuknya organisasi Taman Nasional Gunung Ciremai yang definitip sebagaimana tertuang dalam SK. Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor. SK.140/IV/Set-3/2004, tanggal 30 Desember 2004.

Gunung Ciremai merupakan gunung yang mempunyai ketinggian 3078 m dpl dan merupakan gunung tertinggi untuk Propinsi Jawa Barat dan Banten, dibandingkan dengan Gunung Pangrango ataupun G. Salak, hanya kalah oleh Gunung Selamet di Jawa Tengan dengan ketinggian 3450 m dpl. Berada di tiga Kabupaten, Yaitu Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka dan ada beberapa hektar yang masuk wilayah Kabupaten Cirebon. Keunikan lain Taman Nasional Gunung Ciremai yaitu merupakan gunung api soliter termasuk klasifikasi magmatik (aktif), dipisahkan zona sesar Cilacap-Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur yaitu Gn. Galunggung, Guntur, Patuha, Papandayan dan Tangkuban Perahu yang terletak pada zona Bandung (Bagian LH Setda Kab. Majalengka, 2005), kawah barat beradius 400 m terpotong kawah timur yang beradius 600 m dan berkedalaman 250 m. Pada ketinggian 2.900 m lereng selatan terdapat bekas titik letusan (berdiameter 30 m2 yaitu gua walet). Potensi sumber daya airnya meliputi 43 sungai dan 156 sumber mata air yang potensial, dimana sebanyak 147 titik sumber mata air mengalir terus menerus sepanjang tahun dengan rata-rata debit air yang cukup besar 50 2000 liter/detik, mata air-mata air tersebut mengaliri sekitar 43 sungai-sungai yang bersumber dari Gunung Ciremai

Pelepasan Tim Ekspresi Merah Putih

Pada 15 Agustus 2006 jam 10.30 WIB didepan kantor Satkar Taman Nasional Gunung Ciremai(TNGC) dilaksanakan pelepasan Tim Ekspresi Merah putih oleh Saya selaku Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BKSDA) II/ TNGC dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun RI ke 61 dan merupakan kerja bareng antara Satker TNGC bersama para fihak, antara lain tim Jejak Petualang TV7, Mitra Penyelenggaraan Pendakian Gunung Ciremai(MPPGC), Furmapala , UPTD Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta, LSM dll.

Meskipun pendaki tidak sebanyak tahun lalu, namun jumlahnya mencapai 5151 orang pendaki (jalur linggajati sebanyak 2426 orang, jalur Palutungan 1825 orang dan jalur Apuy lewat Makjalengka sebanyak 900 orang), Sedangkan yang berkemag di Cibunar (jalur linngajati) sebanyak 1250 orang dan jalur Palutungan sebanyak 2500 orang. Dengan demikian yang mendaki dan berkemah di TNGC sebanyak 8901 orang dengan petugas pengamanan, kesehatan dan komunikasi/orari /sebanyak 233 orang.(MPPGC, Furmapala, Dinas Kesehatan, Aparat Keamanan, Satker TNGC, UPTD Dishutbun, dll).

Sedangkan Saya bersama pendamping dari Satker TNGC Kuningan baru berangkat jam 15.00 WIB menuju puncak Keterlambatan ini dikarenakan menghadiri acara penandatanganan Nota Kesepakatan Besama (NKB) antara BKSDA Jabar II/TNGC dengan 4 desa disekitar TNGC, yaitu Desa Trijaya, Kecamatan Mandirancam, Desa Puncak, Kec. Cigugur, Desa Linggasana dan Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara Pemerintah khususnya BKSDA Jabar II/ Kepala TNGC dengan Masyarakat disekitar kawasan hutan.

Seloroh Staf

Sebelum berangkat mendaki, ada beberapa staf yang meragukan kemampuan Saya selaku Kepala BKSDA/TNGC untuk mendaki sampai ke puncak Gunung Ciremai sambil berseloroh” wah kaBal mah paling ge dugi ka pos Cibunar engke ge uih deui”. Mendengar seloroh tersebut, Saya cuma bisa menjawab Insya Allah dugi/sampai ka Puncak, akan tetapi dalam batin Saya bertekad harus mendaki sampai ke puncak. Hal ini juga didorong oleh tekad Saya bahwa untuk melihat kondisi TNGC tidak hanya cukup melalui flyover (kebetulan pada 4 Juli 2006 bersama Dirjen PHKA, Bapak Ir.M.Arman Malollongan, MM dan rekan dari Kepala BTN. Gunung .Gede Pangrango, Halimun, UjungKulon, BKSDA Jateng dan DIY bersama-sama dengan pesawat Cessna SusyAir berputar sekitar 15 menit di atas Gunung Ciremai).

Melihat medan tugas, bagi Kepala UPT adalah sangat penting selain dapat langsung memantau para pengunjung, juga dapat melihat kesiapan petugas untuk mengamankan para pendaki, melihat kondisi sarana prasarana (ternyata sangat minim untukTNGC), juga monitoring kebakaran hutan, dan tak kalah pentingnya melihat formasi vegetasi dengan perbedaan ketinggian.

Route Pendakian

Route Pendakian menuju Puncak ada 3 jalur pendakian. Melalui Kabupaten Kuningan ada 2 jalur pendakian (jalur Linggajati sampai Puncak dan jalur Palutungan), Sedangkan melalui Kabupaten Majalengka melalui Apuy sampai Puncak.

Saya dan rombongan antara lain Sdr. Suhi Sediana, Adji Dasiji dan Endang Kosasih melalui jalur Linggajati sampai puncak, akan ditempuh melalui Pos Cibonar, Leuweung Datar, Kondang Amis, Kuburan Kuda, Pangalap,Tanjung Seruni, Bapa Tere, Batu Lingga, Sangga Buana1 dan Sangga Buana 2, Pangasinan dan Puncak.

Dari linggajati (650 mdpl) Saya berangkat jam 15.00WIB sampai di Cibunar( 750 mdpl) ada Pos yang dulu milik Perhutani, istirahat sebentar menunggu Sdr.Suhi dan Adji menunaikan shalat Ashar sambil diskusi kesiapan perkemahan dengan panitya dari Furmapala, kemudian perjalanan dilanjutkan melalui Pos Leuweung Datar (1200 mdpl) sekitar jam 16.30 wib.

Pada jam 17.30 kami tiba di Kondang Amis(1300 mdpl) kemudian istirahat di warung sederhana milik penduduk Linngajati untuk melaksanakan shalat Magrib, walaupun kondisi tempat darurat,maka untuk Shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, itulah indahnya Islam dengan tayamum sudah cukup untuk mengganti air wudhu.

Tepat jam 17.50.WIB, sdr. Suhi mengumandangkan adzan Magrib, Alhamdulillah masih ada peserta yang ikut menjadi makmun, Saya laksanakan shalat magrib dijama dengan waktu Isya, Kemuidian istirahat sampai jam 23.30 WIB, Tepat jam 24.00 wib Saya bangunkan Sdr Suhi, Adji dan Endang untuk berangkat menuju pos selanjutnya. Alhamdulillah sekitar jam 02.00 Wib tanggal 16 Agustus 2006, rombongan Jejak petualang TV7 dan Sdr. Kris cs dari BKSDA Jabar II sudah isirahat di Pos Pangalap (1600 mdpl).

Pada jam 03.00 WIB tanggal 16 Agustus 2006, Saya dan rombongan tiba di Pos Bapa Tere(2000 mdpl), perjalanan di route ini sangat terkenal bagi para pendaki karena route sangat menantang dengan tanjakan yang mendaki diperlukan kehati-hatian. Dengan udara yang dingin terpaksa sdr Suhi membuat api unggun dan ,istirahat sejenak sambil menunggu untuk melaksanakan shalat shubuh. Tepat jam 04.35 wib, Sdr Suhi dengan suara yang merdu mengumandangkan adzan shubuh. Kegiatan sholat subuh berjamaah dengan makmum sdr Suhi ,Endang dan Adji ditambah dengan makmum 2 orang peserta pencinta alam yang juga akan mendaki ke puncak.

Selesai Shalat subuh, kami langsung tancap gas berangkat lagi sekitar jam 08.00 wib tiba di Pos Batu Lingga (2250 mdpl), istirahat sebentar kurang lebih 15 menit berjalan mendaki lagi sekitar jam 09.00wib tiba di Sangga Buana I (2350 mdpl) istirahat lagi sebentar. Sekitar jam 09.30 tiba di Sangga Buana 2 (2500 mdpl), istirahat sejenak kemudian dilanjutkan perjalanan dengan jalar pendakian yang mendaki, Dengan persediaan makanan yang seadanya, makanan ringan seperti kue dan minum air tambah madu (dengan diawali pembacaan doa , terinspirasi juga oleh buku The True Power of Water karangan Maseru Emoto, penerbit MQ Publishing dan sampai di Pangasinan tamat juga membaca buku ini), Alhamdulillah pada jam 10.00 wib, Saya didampingi Sdr Adji, Suhi dan Endang sampai di Pos Pangasinan (2759 mdpl), mendahului Tim Ekspresi Merah Putih yang Saya lepas di Linggarjati. Untuk mencapai puncak G. Ciremai masih diperlukan waktu kurang lebih 30 menit lagi.

Pada jam 16.30 wib rombongan TV7 yang dipimpin Doddy dan reporter Medina Kamil sampai di Pengasinan, Saya selaku Kepala BKSDA Jabar II/TNGC diwawancara oleh Medina Kamil untuk program Jejak Petualang TV7. Di Pangasinan, Saya bersama rombongan tidur di Tenda, karena darurat dan angin yang kencang dengan suhu antara 10° C 15°C tenda yang kapasitas 2 orang diisi 4 orang, tetapi tetap senang dan bergembira, Alhamdulillah kondisi badan sehat wal'afiat.

Adzan Shubuh di Puncak Gunung Ciremai

Saat itu waktu menunjukan pukul 3.30 wib tanggal 17 Agustus 2006 bertepatan dengan peringatanan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, Saya berdua dengan mang Adji Dasiji berangkat menuju Puncak lebih cepat untuk tidak kehilangan momentum melihat pemandangan dari atas puncak Gunung Ciremai, ternyata yang berangkat untuk mendaki bukan hanya Saya saja akan tetapi para pancinta alam juga berangkat untuk mengejar jangan sampai tidak melihat matahari terbit.

Alhamdulillahirabbil'alamien tepat jam 05.00 wib saya dengan didampingi mang Adji Dasidi (polhut TNGC) sampai di puncak G.Ciremai pada ketinggian 3078 m dpl dengan suhu antara 8 C - 10C terlihat banyak juga yang sudah camping di Puncak.

Begitu tiba puncak Gunung Ciremai langsung Saya mengarah ke kiblat melaksanakan sujud syukur kehadirat illahi rabbi bahwa saya diberikan kesehatan untuk mampu mencapai puncak G.Ciremai, kemudian kukumandangkan adzan shubuh, dengan pembacaan iqomat oleh mang Adji Dasidji untuk sholat berjamaah shubuh dan diikuti juga oleh 2 pendaki darii Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman.

Bayang-bayang fajar masih terlihat indah diufuk timur, begitu jarum jam bergeser ke angka 05.30wib, begitu menakjubkan pemandangan dari puncak Gunung Ciremai, terhampar warna putih awan berarak dari kejauhan terlihat Gunung Selamat dengan anggunnya seanggun gadis cantik jawa dengan balutan kebaya, juga terlihat G. Sumbing dan G.Sundoro, bagaikan kembaran sebagai ajudan G.Selamat.

Pesona Matahari Terbit

Tepat jam 06.00 WIB Subhanallah, terlihat pemandangan yang sangat mempesona dan menakjubkan dengan munculnya Matahari (Sunrise) perlahan-lahan memancarkan warna jingga ke merah-merahan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran surat As Syams ayat 1, Allah bersumpah….”Demi Matahari dan sinarnya pada pagi hari”.(91: 1). Oh..Alangkah beruntungnya Saya mampu melihat pemandangan yang sangat menakjubkan ini. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Subhanallah. ,, Dalam kondisi begini apa artinya Saya ini, ingatanku langsung teringat Al Quran surat Ali Imran ayat 190 191,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),” Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.(3: 190-191)

Kemudian Saya berjalan bergeser menuju kearah Selatan masih di atas puncak Gunung Ciremai, Pemandangan juga sama menakjubkan, dapat melihat gugusan gunung di Jawa Barat, mulai dari G.Syawal, Galunggung, kemudian terlihat dengan jelas G. Masigit Karembi, G.Tampomas, Gunung Cikuray, G. Papandayan, Kamojang, Tangkuban Perahu, G. Burangrang, Juga terlihat dengan gagahnya Gunung Gede/Pangrango dan Gunung Salak. Tidak ada yang tidak seimbang, pemandangan menakjubkan selalu dalam keseimbangan, keharmonisan lebih-lebih setelah matahari terbit dari ufuk timur begitu takjubnya saya, Sehingga wajar kalau Allah SWT mempertanyakan kepada manusia seperti dalam Al Qur'an surat Al Mulk ayat 1, 3 dan 4 :

“Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan.Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat. Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi(dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih” ( 67: 1,3 dan 4)

Subhanallah itulah ucapan yang pantas bagi kaum yang beriman, melihat ciptaan Allah SWT yang mempesona untuk para pengunjung pendakian ke puncak Gunung Ciremai.

Pada Kawah Gunung Ciremai masih terlihat ada asap yang keluar walaupun tidak begitu banyak. Dari puncak dapat dengan jelas terlihat hijaunya pepohonan dan kawasan gersang dipinggir hutan Ciremai. Hamparan Edelweis sepanjang perjalanan dari Pengasinan terlihat dengan jelas hidup berdampingan dengan Cantigi, Acasia dan Kaliandra.

Di puncak Gunung Ciremai juga diketemukan habitat Macan Tutul (Panthera pardus) yang menurut mang Adji pernah melihat loncat dari tempat ini. Mudah-mudahan Macan Tutul yang merupakan Identitas Fauna Jawa Barat aman dan berkembangbiak di TNGC dan akan segera dilaksanakan monitoring dan penelitian yang lebih akurat, diharapkan pihak terkait seperti BPLHD Provinsi Jawa Barat dapat memprogramkannya.

Detik-detik Proklamasi

Tepat jam 10.00 wib acara yang ditunggu-tunggu datang juga, yaitu pelaksanaan kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, mengenang detik-detik Proklamasi. Bertindak sebagai Inspektur Upacara Saya selaku Kepala BKSDA Jabar II/TNGC dengan Komandan Upacara Angger Saloko, Pengibar Bendera Merah Putih Ayu Wandira, Hilda dan Ika Kartika, Pembawa Teks Proklamasi sdr Mutia, Pembaca Doa sdr Viradea dengan Pembawa Acara sdr Vita Novitasari...generasi penerus ini semuanya berasal dari SMAN 2 Kuningan

Pada kesempatan pengarahan selaku Inspektur upacara, Saya pesankan kepada hadirin peserta upacara pentingnya mempertahankan semangat dalam rangka berjuang sampai berhasil seperti yang dicontohkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, sama halnya dengan pencapaian ke puncak G.Ciremai memerlukan pengorbanan, baik mental, fisik dan tekad yang pantang menyerah, atau kalau menurut Medina Kamil reporter TV7 {yang berjuang waktu jejak petualang di Papua}“jangan ada kata berputus asa”.

Melihat antusias para pendaki yang rata-rata berusia dibawah 30 th, insya Allah Negara kita akan tetap jaya dan kawasan G.Ciremai pun insya Allah akan tetap terjaga, terpelihara dan lestari. Kemudian setelah selesai upara memperingati dan mengenang detik-detik proklamasi,

Ada yang menarik sepanjang perjalanan dari Tanjakan Asoy dan Arban, Saya sudah mulai agak lelah soalnya persediaan makanan habis, sehingga berseloroh ” Andaikan ada makanan atau ada petugas dari Satker TNGC mengirim makanan alangkah senangnya”, Tiba-tiba sdr.Kris tanpa sengaja menemukan makanan kue agar-agar yang bersih dan masih baru, Saya bersyukur kehadirat Allah SWT bahwa ada makanan, dengan ucapan bismillah makanan tersebut Saya makan bersama mang Adji dan Kris, sisanya diberikan kepada pendaki yang kelihatannya lapar juga (kepada yang sempat baca laporan ini mohon maaf Saya dan staf menghabiskan makanannya).

Alhamdulillah setelah makan kue, tenaga Saya pulih kembali dan sekitar jam 14.30 wib tiba di Pos Panggulingan Badak, Alhamdulillah dapat energi dari petugas pos menyediakan makanan mie dan nasi liwet. Sekitar jam 15.30 wib tiba Pos Cigombong. Karena kaki Saya sudah mulai lecet, maka dari Cigombong dengan sepeda motor Trail yang hampir sepanjang perjalanan tidak menghidupkan mesin tiba di Pos Palutungan sekitar jam 17.00 wib. Alhamdulillah berakhirlah sudah perjalanan Saya mendaki ke puncak Guniung Ciremai.

Penutup

Gunung Ciremai merupakan penyangga kehidupan untuk masyarakat disekitarnya, khususnya Kuningan, Majalengka dan Cirebon serta Indramayu. Atau kalau mengutip laporan Dewan Pemerhati Kehutanan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) tahun 2006, Gunung Ciremai merupakan generator alam untuk ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan). Hal ini sejalan juga dengan hasil laporan Rissapel tahun 2000 bahwa kalau dihitung nilai air dari TNGC yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai dari rumah tangga, pertanian, perikanan, dll setara dengan 33,5 triliyun rupiah per tahun.

Oleh karenanya sangat wajar untuk Pemerintah Daerah tersebut khususnya Kuningan, Majalengka dan Cirebon termasuk yang sangat berkepentingan untuk turut menjaga, memelihara dan melestarikan kawasan Gunung Ciremai. Kita bersyukur bahwa kejadian kebakaran, sebagai contoh Pemda Kuningan dengan Satkorlaknya, dibantu aparat dari Kecamatan bersama masyarakat dan petugas TNGC bahu membahu menanggulangi adanya kebakaran hutan.

Dalam kesempatan ini Saya ucapkan terimakasih atas sdr. Adji Dasiji, sdr. Suhi Sediana, sdr. Endang Kosasih yang mendampingi saya sampai Pengasinan dan Puncak serta sdr. Kris Kartika yang mendampingi selama perjalanan mulai dari Puncak ke jalur Palutungan juga kepada Satker Kuningan beserta seluruh Staf yang mendorong dan memotivasi Saya untuk berangkat ke Puncak Gunung Ciremai juga kepada atasan Saya Pak Ir. Arman Mallolongan, Dirjen PHKA atas tanggapan langsung melalui SMS.

Secara khusus Saya sampaikan ucapan terimakasih kepada istri tercinta Ani Hanifah yg tak putus-putusnya mendoakan Saya juga putra putri (Thoriq Akbar Kartawijaya, Sarah Fadhilah Kartawijaya dan Madanai Arif Hidayat K) yang menambah semangat Saya dalam bertugas.. Semoga kita selamanya ada dalam lindungan Allah SWT dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT untuk menjaga, mengamankan dan melestarikan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.ยต* Kepala BKSDA Jabar II/TNGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel lain